22 Juni 2016

Peranan Wali Songo dalam Peradaban Islam di Indonesia

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hai Sobat, kali ini saya akan membagikan materi tentang Wali Songo nih. Jadi silahkan dibaca atau dipelajari, langsung saja dilihat.

Peranan Wali Songo dalam Peradaban Islam di Indonesia

Ada sembilan ulama yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Mereka dikenal dengan sebutan "Wali Songo". Wali Songo Menyebarkan agama Islam menjelang dan setelah runtuhnya kerajaan Majapahit atau sekitar abad ke-14 sampai abad ke-16. Dalam Babad Tanah Jawi dikatakan bahwa dalam berdakwah, para Wali ini dianggap sebagai kepala kelompok mubaligh untuk daerah penyiaran tertentu. Mereka diberi gelar "Sunan" (Susuhunan; junjungan) karena berpengaruh besar dalam kehidupan politik pemerintahan.

  1. Wali Songo dan Dakwah Islam
  2. Ketika menyiarkan Islam, mereka menggunakan berbagai bentuk kesenian tradisional masyarakat setempat. Mereka menyisipkan nilai-nilai Islam ke dalamnya. Karena itu, upaya mereka terasa tidak asing dan sangat komunikatif bagi masyarakat setempat. dan membuahkan hasil tidak hanya mengembangkan Islam tetapi juga memperkaya kandungan budaya Islam.

      Di bawah ini ada sembilan Wali Songo beserta gambarnya lengkap :
    1. Maulana Malik Ibrahim
    2. Beliau dikenal juga dengan sebutan Sunan Gresik atau Syeikh Magribi. Diperkirakan lahir sekitar pertengahan abad ke-14. Beliau berasal dari keluarga muslim yang taat dan belajar agama sejak kecil. Beliau merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Beliau berdakwah secara intensif dan bijaksana. Upayanya untuk menghilangkan sistem kasta pada masyarakat pada masa itu merupakan dakwahnya. Cita-cita dan perjuangannya menyebarkan Islam di Jawa dilanjutkan oleh anaknya, Sunan Ampel.

    3. Sunan Ampel
    4. Beliau memulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan di Ampel Denta (dekat Surabaya). Beliau dikenal sebagai pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur. Beliau dikenal dengan Wali yang tidak setuju terhadap adat-istiadat masyarakat Jawa pada saat itu.

        Ajaran Sunan Ampel yang terkenal adalah "Falsafah Moh Limo" atau "Tidak Mau Melakukan Lima Hal". Yaitu:
      1. Moh Main (tidak mau berjudi).
      2. Moh Ngombe (tidak minum-minuman keras).
      3. Moh Maling (tidak mencuri).
      4. Moh Madat (tidak mau menghisap candu, ganja, dan lain-lain).
      5. Moh Madon (tidak berzina).

    5. Sunan Giri
    6. Nama aslinya adalah Raden Paku, beliau putra dari Maulana Ishak. Sempat diadopsi oleh Nyai Ageng Pinatih ketika masih bayi dan sempat diberi nama Joko Samudro karena ditemukan di tengah Selat Bali. Beliau sempat mondok di Pesantren Ampel Denta sebelum memperdalam ilmunya di Pasai. Sekembalinya ke tanah Jawa, beliau mendirikan pesantren di daerah Giri. Beliau juga banyak mengirim juru dakwah ke Bawean, Lombok, Ternate dan Tidore.

    7. Sunan Bonang
    8. Nama aslinya adalah Syeikh Maulana Makdum Ibrahim. Pernah belajar di Pesantren Ampel Denta dan di Pasai bersama Sunan Giri. Beliau menyebarkan Islam dengan cara menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang menggemari Wayang dan Musik Gamelan, Beliau menciptakan gendang-gending yang memiliki corak keislaman. Sekembalinya dari Pasai, beliau memutuskan untuk memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban dengan mendirikan Pesantren. dan Beliau wafat di Tuban pada tahun 1525 Masehi.

    9. Sunan Kali Jaga
    10. Nama aslinya adalah Raden Said putra Adipati Tuban seorang Temenggung Wilatikto. Beliau menciptakan aneka cerita wayang yang bernafaskan islami yang berbentuk wayang kulit dan wayang beber. Beliau juga pencipta lagu daerah Jawa yang berjudul Lir-Ilir. Beliau mendapat gelar Sunan Kali Jaga karena beliau sempat diperintah untuk menjaga sungai (bertapa) selama tiga tahun. Beliau adalah murid Sunan Bonang, Beliau juga menciptakan berbagai macam alat musik seperti Gamelan dan Bedug untuk media dakwahnya.

    11. Sunan Kudus
    12. Putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung dari Jipang Panolan. Sunan Kudus membangun sebuah masjid di daerah Loran pada tahung 1549 Masehi yang diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar untuk melancarkan penyebaran Islam. Wilayah di sekitarnya disebut Kudus karena merupakan nama yang diambil dari kota al-Quds (Yerusalem) di Palestina, yang pernah ia kunjungi. Ja'far Sadiq atau Sunan Kudus diberi gelar wali al-'ilmi (orang yang berilmu) oleh para wali songo karena memiliki keahlian khusus dalam bisang agama. Beliau berdakwah menggunakan strategi pendekatan pada masyarakat setempat. Beliau menghindari konfrontasi secara langsung dalam menyirakan Islam.

    13. Sunan Drajad
    14. Nama aslinya adalah Raden Qosim, merupakan putra dari Sunan Ampel dan Dewi Condrowati. Beliau disebut dengan seorang wali yang hidupnya paling bersahaja, walaupun dalam urusan dunia beliau juga sangat rajin mencari rezeki. Beliau berdakwah di daerah Drajad dan meninggal di daerah itu juga. Makamnya berada di desa Drajad, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.

        Adapun ajaran Sunan Drajad yang terkenal adalah :
      1. Menehono teken marang wong kang wuto (berikanlah tongkat pada orang buta).
      2. Menehono mangan marang wong kang luwe (berikanlah makanan pada orang yang lapar).
      3. Menehono busono marang kang mudo (berikanlah pakaian pada orang yang telanjang).
      4. Menehono ngiyup marang wong kang kudanan (berikanlah tempat berteduh pada orang yang kehujanan).

    15. Sunan Muria
    16. Nama aslinya adalah Raden Umar Syaid, merupakan putra Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh. Beliau dikenal sebagai seorang anggota Wali Songo yang mempertahankan kesenian Gamelan sebagai media dakwah yang ampuh untuk merangkul masyarakat Jawa. Juga berdakwah dengan cara memadukan adat setempat dengan warna Islami.

        Adapun adat setempat yang dipadukan dengan warna Islami, yaitu :
      1. Selamatan ngesur tanah (kenduren setelah ngubur mayat).
      2. Nelung dinani (kenduren setelah 3 hari ngubur mayat).
      3. Mitung dinani (kenduren setelah 7 hari ngubur mayat).
      4. Matang puluh, nyatus dino, mendhak pisan, mendhak pindo dan nyewu.

    17. Sunan Gunung Jati
    18. Nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah. Pada usia 20 tahun beliau nerguru pada Syeikh di daratan Timur Tengah, setelah selesai menuntut ilmu pada tahun 1470 Masehi beliau berangkat ke tanah Jawa untuk mengamalkan ilmunya. Istrinya yang pertama adalah Nyai Babadan putri dari Ki Gedeng Babadan yang dinikahi pada tahun 1471 Masehi dan tidak dikaruniai seorang anak. Lalu pada tahun 1475 Masehi, menikah lagi dengan Nyai Kawungten yang merupakan adik dari bupati Banten. Beliau sempat menikah dengan Syarifah Baghdad, adiknya Syeikh Abdurrahman. Beliau pernah menikah dengan putri cantik dari daratan Cina, Ong Tien. Sekitar tahun 1479 Masehi beliau pergi ke Cina dan di sana beliau membuka pengobatan sambil berdakwah. Beliau mendapat gelar Maulana Insanul Kamil.

  3. Model Penyebaran Islam Wali Songo
  4. Secara umum Wali Songo menyebarkan Islam dengan memadukan budaya setempat sebagai media dakwah. Mereka membiarkan budaya dan kepercayaan masyarakat setempat yang sulit dirubah, namun yang mudah dirubah maka dengan segera mereka menghilangkannya. Agar terhindar dari konfrontasi dengan masyarakat secara langsung dan hal itu agar mereka mudah berkomunikasi dengan masyarakat, yang bisa dengan mudah menerima mereka serta mengamalkan apa yang diajarkan.

    Anggota Wali Songo yang memakai cara pendekatan adalah Sunan Kali Jaga, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Sunan Kali Jaga malah membiarkan masyarakat membakar kemenyan dan ia juga sempat menciptakan alat musik berupa Gamelan. Memang pada dasarnya hal ini termasuk Bid'ah, namun jika tidak dengan cara ini masyarakat sangat sulit untuk didekati.

  5. Kemajuan Islam Periode Wali Songo
  6. Selama menyiarkan agama Islam, Wali Songo banyak mengalami hambatan. Ada fitnah dan budaya setempat yang sulit dirubah. Namun dengan kesabaran dan tekad yang kuat, akhirnya sebagian masyarakat Jawa masuk Islam meskipun tidak sedikit yang melakukan bid'ah. Hal itu bagi Wali Songo bukanlah masalah besar dan mereka meyakini suatu saat nanti akan ada orang yang dapat menghilangkan budaya masyarakat setempat yang termasuk bid'ah.

    Sumber: Marthin-design.blogspot.com



sekian dari saya, Kurang lebihnya mohon maaf.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar